Rabu, 30 April 2008

Mgr. Gabriel Manek, SVD







SIAPAKAH YM USKUP AGUNG
MGR. GABRIEL MANEK ?

Oleh : Sr. Maria Gabriella, PRR

Imam dan Uskup pribumi pertama NTT dari Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD)
Uskup Agung pribumi kedua Indonesia
Pendiri Konggregasi Puetri Reinha Rosari (PRR)
VISI DAN MISINYA DALAM KARYA KESELAMATAN

Keselamatan dalam Kristus harus sampai kepada jiwa-jiwa sebanyak-banyaknya karena itu Yesus Kristus harus segera diwartakan agar diimani oleh sebanyak mungkin umat manusia. Karena itu ia amat mengutamakan panggilan-panggilan kepada imamat, biara, dan awam militan bagi Kristus. Dialah pejuang kebenaran dan penyuara orang-orang tak bersuara yang menghauskan pembebasan dan keselamatan dalam Kristus.

Menyadari bahwa cita-cita ini tidak mungkin tercapai tanpa rahmat Tuhan sendiri maka Uskup Gabriel Manek, terus menerus mendoakan doa ini dan mengajak semua orang berdoa dengan ujud utama untuk perwujudan cita-citanya. Inilah doa-nya :

Seluruh karya misinya ini diletakkan dalam perlindungan dan doa Bunda Maria karena bagi dia, pada Maria ada jalan terbaik, untuk pergi kepada Yesus, bersatu dengan Yesus dan diutus olehNya untuk menjadi saksi iman dan keselamatan.
(Semboyan keuskupannya jelas menunjukkan hal ini )

Jalan Marial kepada Yesus inilah yang menjadikan Uskup Gabriel Manek, SVD benar-benar seorang Rasul Maria. Ia bersaksi dan mengajak banyak orang untuk mencintai Bunda Maria. Ia juga selalu mengajak orang untuk berdoa Rosario karena Rosario merupakan renungan injil bagi umat yang sederhana hatinya Dengan berdoa Rosario hidup kita dapat dibentuk menurut pola semangat Yesus dan semangat Bunda Maria

Hidup Mgr. Gabriel Manek, SVD selalu bertumpu dan berakar pada Yesus seturut teladan Bunda Maria yang hidupnya selalu bertumpu pada hidup Yesus Puteranya dan misi-Nya sebagai penebus dunia.

Iman dan penyerahan seluruh hidupnya terungkap dalam doanya seperti di bawah ini :

Inilah kebenaran yang menjadi iman, harap dan kasihnya, serta menjadi visi dan misinya selama hidupnya entah dalam keadaan sehat ataupun sakit. “…..sekalipun harus menderita dan mati bagi diri, kita tabah menanggungnya dengan rela dan berani asal Kristus terwartakan di hati manusia ”. Inilah ungkapan hidup dari orang yang mencintai Kristus. Dan cintanya kepada Kristus lebih kuat daripada maut yang dibuktikan dengan kesediaan untuk menderita, rela kehilangan diri, demi Kristus dan perkembangan GerejaNya.

Hidupnya yang terfokus dalam pewartaaan Kristus telah memburu hatinya untuk menjadi saksi Kristus oleh hidup pribadinya yang saleh, kegembalaan penuh cinta dan belas kasih kepada umatnya terutama bagi yang miskin dan hina. Ia setia menghayati panggilannya sendiri sebagai imam dan gembala serta kerinduan yang berkobar-kobar untuk mencari dan menciptakan peluang-peluang pengadaan dan pembentukan tenaga-tenaga pewarta kerajaan Allah baik itu sebagai Imam, biarawan-biarawati ataupun sebagai awam militan.

Pesatnya perkembangan umat tidak seimbang dengan tenaga pewarta kerajaan Allah mendorong Uskup Gabriel Manek, SVD mendirikan konggregasi religius yakni konggregasi Puteri Reinha Rosari pada bulan Agustus 1958. Konggregasi ini dipandangnya sebagai tunas kecil milik Bunda Surgawi yang menjadi pasukan Maria diutus ke mana-mana untuk mewartakan Kristus Putranya.

Lambang DA MIHI VIRTUTEM sebagai lambang tarekat PRR ….melambangkan gerak maju mewartakan Kristus dan kerajaan-Nya semata-mata dengan dan dalam kekuatan Allah.

Cintanya yang luar biasa kepada Kristus terwujud dalam cinta kepada orang terlantar yang dihayati dengan setia dan penuh belas kasih sampai akhir hidupnya. Hidupnya telah membuktikan cintanya kepada Kristus dengan menjadi sahabat orang miskin, penghibur dan pencinta orang-orang kusta, menghantar kembali orang yang berdosa, pembela orang-orang tertindas (rakyat kecil), berani masuk dalam dunia politik untuk menyuarakan rakyat kecil yang tak bersuara. Ia selalu berpesan dan berwasiat kepada seluruh umat yang percaya kepada Kristus : “….. Cintailah dan layanilah sesamamu tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan, atau apa saja, karena kalau tidak, kamu tidak pernah akan melihat Allah…...“ Sebagai pencinta dan pemimpin rakyat, penghibur yang miskin, yang sakit dan yang bersusah, sebagai imam, pun sebagai uskup, beliau adalah pendekar kerasulan kunjungan keluarga. Pendekatan kegembalaan melalui kunjungan keluarga-keluarga, membuat hati umat terikat padanya dan tertarik hati mereka kepada Yesus yang dia wartakan serta menganut jalan-jalan iman Maria dalam hidup mereka sebagai umat Yesus.

BISHOP OF THE POOR

Gelar ini merupakan mahkota dari rangkaian kisah hidupnya yang penuh cinta kepada Kristus dan mencintai jiwa-jiwa miskin. Hidupnya termeterai oleh pelayanan-pelayanan kasih kepada Kristus yang terbukti di dalam mencintai orang-orang miskin dan terlantar. Demi kristus dan karena cinta akan Kristus ia memberikan seluruh hidupnya bagi keselamatan manusia dan khususnya mereka yang miskin, terlantar, dan terbuang serta mencari domba-domba yang hilang. Sampai usia lanjut dengan kondisi yang lemah tak berdayapun ia tetap setia melayani orang miskin dan berwasiat tentang cinta dan belas kasih kepada sesama yang miskin. Kisahnya dalam mengasihi orang miskin dan terlantar, orang berdosa supaya selamat terus menjadi kisah hidupnya sampai mati sehingga bersama pepatah ungkapan jerman yang berbunyi “Was Bleibt, Stifften die Liebenden”. Yang membekas dalam ingatan , lahir dari orang-orang yang mencinta. Yang mengesankan adalah jejak yang ditinggalkan oleh para pecinta yang tertoreh pada ingatan dan batin manusia, adalah apa yang dilakukan dengan kasih, Prasasti yang paling bertahan yang tak lapuk disiram hujan dan tak lekang dibawah mentari adalah prasasti yang ditulis di batin dan terukir di dalam hati orang oleh tindakan dan ucapan cinta. Monumen beton bisa hancur karena goncangan gempa, bangunan bersejarah dapat dihanyutkan oleh derasnya aliran banjir, namun kenangan yang terpahat oleh karya dan kata orang yang mencinta akan bertahan. Kenangan itu akan ditutur dari generasi ke generasi. Demikian kisah cintanya kepada sesama yang hina dan papa menjadi bibirnya hingga akhir hayat. Dan kita hanya tahu dari kesaksian orang Amerika yang menuliskan kembali kisah beliau sampai-sampai memberi gelar dia sebagai Bishop of the Poor.

…..Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina kamu telah melakukannya untuk aku !”
(Bdk. Mat 25 : 40)

Inilah gambaran singkat hidup dan karya YM Uskup Mgr. Gabriel Manek, SVD.

Saat ia menghembuskan nafas kepada sahabat-sahabatnya yang mendampingi dia, ia berwasiat,
“kobarkanlah nyala itu agar sebanyak mungkin orang tersapa dalam nama Yesus dan diselamatkan oleh imannya”


Cimanggis, 25 September 2007





YM USKUP MGR. GABRIEL MANEK, SVD
BERZIARAH KEMBALI KE TANAH AIR INDONESIA
Oleh : Sr. Maria Gabriella, PRR

PENGANGKATAN JENASAH DI AMERIKA

Kehadiran pendiri sebagai figur inspiratif adalah vital dalam kehidupan konggregasi religius. Menjelang perayaan pesta perak Konggregasi PRR 15 Agustus 1983 tercetus kerinduan untuk kembalinya bapak pendiri tarekat Mgr. Gabriel Manek, SVD yang tinggal di Amerika Serikat sejak memulai masa emeritusnya yakni sejak tahun 1970-1989. Kerinduan tersebut terungkap dengan pengajuan permohonan tertulis kepada General SVD di Roma dan dikabulkan juga oleh Pater General Henry Heekeren, SVD. Hanya kondisi Bapak Uskup tidak memungkinkan karena sakit. Pada tahun 1989 keinginan almarhum sendiri untuk kembali ke tanah air tetapi tak kesampaian karena beliau meninggal pada November 1989. Pada tahun 1999 YM Uskup Mgr. Anton Pain Ratu,SVD mengungkapkan kerinduan keuskupan Atambua agar YM Mgr. Gabriel Manek, SVD kembali sekalipun tidak bernyawa lagi. Akan tetapi kerinduan ini belum terpenuhi karena belum memenuhi peraturan pemerintah USA dalam hal pemindahan jenasah atau rangka. Menjelang pesta emas Konggregasi, kerinduan akan kehadiran pendiri semakin membara karena adanya kebutuhan untuk hidup selalu dalam inspirasi pendiri. Pada tahun 2004 pimpinan tarekat mengajukan permohonan yang sama kepada Pater general Anthony Pernay, SVD agar YM Bapak uskup hadir di tengah suster-suster PRR sebagai tonggak inspirasi. Permohonan tarekat ini langsung dikabulkan. Dan urusan proses pengembalian rangka jenasah almarhum YM Mgr. Gabriel Manek, SVD dimulai dan tepatnya pada bulan April tahun 2007 cita-cita itu terwujud. Utusan konggregasi yang ke Amerika untuk menjemput rangka jenasah Almarhum adalah suster pemimpin umum tarekat PRR, Sr. M. Benedictis, PRR dan anggota dewannya Sr. M. Simprosa, PRR. Tanggal 3 April 2007 kedua suster ini tiba di Techny-USA. Pada tanggal 10 April Kubur YM bapak uskup Gabriel Manek yang wafat 30 November 1989 di Denver dan dimakamkan di Techny pada tanggal 6 Desember 1989, dibuka. Kondisi alam hari-hari dan saat pekuburan dibuka cukup mencemaskan karena salju masih turun dan daerah pekuburan itu banyak air. Ketika peti jenasah dikeluarkan dari pekuburan memang terdapat banyak air baik diluar maupun di dalam. Peti jenasah sesungguhnya tersimpan dalam peti beton dan ditanam dalam kubur. Peti tersebut dibiarkan di atas tanah dan ditutup dengan terpal sampai dengan tanggal 14 April 2007 pagi jam 10 dan peti beton di angkat ke rumah duka supaya air bisa dkeringkan. Sedangkan bagaimana kondisi peti jenasah masih dalam tanda tanya mengingat banyak air. Peti jenasah terkupas-kupas, lapuk bagian luarnya. Ketika peti jenasah dibuka sungguh tak terduga bahwa kondisi jenasah masih sangat utuh dan kering seperti baru saja dikuburkan. Setelah 17 setengah tahun bapak uskup Manek dikuburkan, hari tanggal 14 April 2007 kondisi jenasah utuh. Sungguh mengherankan, mengagumkan, dan Puji Tuhan atas Kebesaran KasihNya ! Berbagai tafsiran, berbagai pertanyaan, juga berbagai jawaban pemecahan terjadi. Namun muncul keyakinan yang kuat pada orang yang melihatnya dan juga semua kita yang mendengarnya : Bapa Uskup ini Sungguh Saleh Hidupnya ! Ia Orang Kudus !

Jenasah dalam keadaan utuh tersebut dan kain-kain yang masih baru dipindahkan ke dalam peti jenasah dan dikemas menjadi bagasi istimewa dan langsung diantar ke airport Chicago, USA pada tanggal 14 April itu juga. Dan tanggal 15 April pagi jam 7 waktu setempat kedua suster bersama jenasah diterbangkan dengan pesawat American Airlines ke Los Angeles dan dengan pesaawat Catai Pasific diterbangkan ke Denpasar.

Perasaan haru dan bangga mengiring Pater Pronvinsial dan con-frater SVD dan hadirin yang lain saat itu atas kekudusan hidup yang mulia uskup Gabriel Manek, SVD yang semasa hidupnya ia banyak menderita rohani dan jasmani yang ditanggungnya dengan rela demi cintanya akan Kristus dan Gereja.

PENERIMAAN JENASAH DI BALI

Kebetulan Uskup Bali Almarhum YM Mgr. Benyamin Bria, Pr, dengan terbuka hati menyambut kedatangan bapa uskup Mgr. Gabriel Manek, SVD di Keuskupan Denspasar. Sambutan meriah oleh umat dari berbagai daerah dengan adat dan budayanya masing-masing dan tradisi Gereja setempat yakni Keuskupan Denpasar. Para Suster PRR yang berkarya di Jawa, Bali, dan Kalimantan. Namun Ternyata tidak bisa diterbangkan karena bagasi jenasah tidak bisa dimasukkan ke dalam pesawat sehingga diterbangkan ke kupang pada tanggal 19 April 2007. Pada tanggal 18 April itu karena tidak jadi berangkat maka jenasah dihantar kembali ke Gereja terdekat. Yang mengherankan ialah yang mengusung jenasah itu secara spontan oleh 12 pemuda NTT dengan pakian amat sederhana, biasa-biasa saja. Ketika ditanyakan oleh pastor : “Kamu dari paroki Mana ?” lalu Jawab mereka : “maaf Romo kami belum terdaftar, masih liar-liar aja !!”
Sang gembala yang bergelar Bishop of the Poor sekalipun dalam sosok tak bernyawa tetap bermisi dimana ia memanggil kedua belas pemuda liar itu untuk kembali ke jalan yang benar. Sunguh ia Bishop of the Poor, sangat dekat dan akrab di hati mereka yang terlantar. Inilah ungkap uskup Denpasar saat menyampaikan sambutan di Gereja Katedral, Kupang.

PENERIMAAN JENASAH DI KUPANG

Meriah ! Setingkat Propinsi dalam upacara perayaan di Katedral Kupang. Umat Propinsi NTT yang berdomisili di Kupang dan TTS secara spontan menyambut kedatangan Bapa Uskup Mulai dari Airpot El Tari Kupang sampai di Gereja Katedral Kupang. Sebelumnya Jenasah Bapa Uskup diarakkan ke Susteran PRR Sikumana dan PRR Naikoten. Berkat berlimpah bagi umat banyak yang mengalami doa-doanya terkabul. Meriahnya perayaan Ekaristi di Katedral sungguh-sungguh merupakan ungkapan syukur dan bahagia atas kedatangan kembali ke tanah air, Bapa uskup Manek putera asli Pulau Timor dan NTT.

PENERIMAAN JENASAH DI LAHURUS

Konvoi barisan kendaraan yang panjang dari Kupang menuju Lahurus dengan berhenti sejenak di Oeprigi disambut Pemda dan masyarakat TTU serta para penderita kusta dari Pusat Rehabilitasi Kusta Naob. Perjalanan terus dengan berhenti sejenak di Gereja Paroki St. Theresa Kefa di mana umat menyambut dan menghormati uskup dengan mengenangkan jasanya yang pernah menjadi Pastor beberapa bulan di Wilayah TUU. Perjalanan dilanjutkan sampai ke perbatasan Belu dimana disambut oleh pemda Belu yang dengan terharu dan bangga menerima kembali putera asal kabupatennya. Konvoi dilanjutkan melewati Atambua terus ke Lahurus tanah kelahirannya dan tanah leluhurnya kerajaan Tasifeto. Ketika memasuki Lahurus suasana alam terang karena baru berhenti dari hujan lebat yang menurut budaya adalah tanda rahmat dan berkat karena kedatangan orang besar. Secara adat dan secara kekeluargaan keluarga raja-raja bapa uskup diterima oleh kerajaan Tasifeto, dengan gong gendang yang meriah dihantar langsung ke kapela YM mgr Gabriel Manek dan disambut dengan ratapan kerajaan yang sangat bagus. Sepanjang jalan terdapat pagar betis dari anak-anak sekolah. Dari kapela jenasah kemudian dihantar ke Paroki Lahurus, asal paroki Mgr. Gabriel Manek.

PENERIMAAN JENASAH DI ATAMBUA

Bergabunglah dari dua kabupaten Belu dan TTU menerima kedatangan Bapa Uskup dari Lahurus berhenti di tengah kota Atambua. Setelah penerimaan oleh pemerintah, perarakan menuju Katedral diiringi oleh drumband dari siswa SMA. Uskup Atambua Mgr. Pain Ratu, menyambut dengan penuh hormat dengan mengungkapkan juga bahwa beliau juga pernah meminta atas nama keuskupan Atambua supaya bapa uskup kembali ke tanah air dan hal itu nyata pada hari ini. Perayaan di Katedral dengan Koor dari empat paroki. Jenasah masuk diiringi dengan tarian dan lagu. Seluruh perayaan bertema Na I yang melayani yang berarti Raja yang melayani. Ia anak kerajaan tetapi melayani dengan rendah hati seluruh rakyat dan umatnya. Keuskupan Atambua sangat bangga atas kesalehan dan kekudusan putra asal keuskupan. Peti jenasah kemudian dihantar ke Atapupu dan siap menyeberang ke Larantuka.

MGR. GABRIEL MANEK, SVD KEMBALI KE LARANTUKA

Perjalanan ke Larantuka dengan kapal patroli angkatan laut, berlayarlah Bapa Uskup Manek ke wilayah kecintaannya yakni keuskupan Larantuka. Pelayaran begitu tenang mengingatkan kembali akan tourney ke pulau-pulau selama beliau menjadi imam dan uskup di Larantuka. Umat kesayangannya dikunjungi dengan berlayar melewati pulau Lembata, Solor dan Adonara serta menyusur pantai Lewotobi dan masuk ke Larantuka. Di Larantuka semua perasaan umat yang sangat mencintai uskupnya ini berucap: “Bale Nagi. Larantuka Panggil Kembali.” Di sinilah engkau melayani umat sebagai gembala saat pertama engkau menjadi Imam. Disinilah juga engkau menggembalakan umat sebagai uskup pertama keuskupan Larantuka. Di sinilah juga tempat engkau mendirikan Konggregasi PRR untuk menyebarkan kerajaan Allah ke mana-mana sebagai suster PRR yang merasul.

PENERIMAAN DI BIARA PUSAT PRR

Selamat Datang Bapa Uskup, Selamat Datang Bapa Pendiri Ke Rumahmu, Biara PRR !
Ketika bapa pergi dari sini menjadi Uskup Agung Ende dan seterusnya ke Amerika, kami masih kecil. Sekarang kami sudah tersebar di mana-mana sesuai dengan visi dan misi bapa. Kami sudah membawa nama Yesus, menceritakan kebesaran Kasih-Nya kepada semua orang yang kami jumpai. Kini engkau kembali di tengah kami , kami yang berkumpul di sini sebagai putri-putrimu juga datang dari mana-mana, dari berbagai suku ditanah air ini dan dari luar negri. Selamat datang Bapa, tinggallah bersama kami dan Jadilah tonggak inspirasi dalam meneruskan tugas pewartaan Kristus seturut cita-citamu ketika mendirikan kami. DA MIHI VIRTUTEM !!!

Cimanggis, 25 September 2007



Hidupnya menunjukkan bahwa dia itu :
• RASUL KRISTUS
• BISHOP OF THE POOR
• PEMIMPIN RAKYAT
• PEJUANG KEBENARAN DAN KASIH KRISTUS YANG MENYELAMATKAN UMAT MANUSIA TERUTAMA YANG MISKIN DAN HINA
• IA RASUL MARIA BUNDA YESUS
• MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN

>DOA UNTUK KARYA MISI GEREJA


Ya Allah, Engkau menghendaki agar semua manusia mencapai keselamatan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Kami mohon :
Utuslah pekerja-pekerja ke panenan-Mu.
Berilah supaya mereka dengan imannya yang teguh mewartakan sabda-Mu.
Semoga Injil-Mu dengan cepat tersebar dan jaya di mana-mana dan segala bangsa mengakui Engkau sebagai satu-satunya Allah yang benar, serta Putera-Mu yang Kau utus
Yesus Kristus Tuhan Kami, yang bersama Dikau hidup dalam kesatuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala abad.
Amin.
BAPA USKUP, ENGKAU PERGI….
NAMUN …..
TELADAN HIDUP IMAN
DAN CINTAMU KEPADA KRSTUS
TETAP SEMARAK HIDUP
DI HATI KAMI PUTRI-PUTRIMU…..
ENGKAULAH PRASASTI KEBAIKAN
YANG TETAP TERPATRI SEMARAK
BERBICARA DI HATI
GENERASI KE GENERASI…
SEBAGAI TANDA MATA CINTAMU
KEPADA YESUS DAN BUNDA MARIA
...